MASIHKAH KITA PERLU KEBERSAMAAN

MASIHKAH KITA PERLU KEBERSAMAAN ?

 

Akibat prahara wabah virus Corona, umat manusia berupaya melakukan social distancing alias menghindari kegiatan berkelompok demi memutus mata rantai penularan penyakit saluran pernafasan akibat Covid-19 yang ganas membinasakan manusia. Alhasil ruang di dalam gereja mulai dari yang paling sederhana sampai ke yang paling mewah kosong-melompong akibat tidak ada umat yang datang. Bahkan banyak pintu masuk gereja sengaja ditutup rapat-ratap oleh pengurus gereja selama wabah virus Corona masih merajalela.

 

Vatikan, hari Minggu, 12 April 2020, Sri Paus Fransiskus menyelenggarakan upacara Misa Paskah di Basilika Santo Petrus yang kosong sebab tidak ada umat yang hadir. Dengan dukungan teknologi live-streaming, Misa Paskah disiarkan ke seluruh dunia agar secara spiritual dapat dihadiri jutaan umat Katolik di rumah masing-masing akibat pagebluk Corona. Di dalam khotbahnya, Sri Paus berdoa untuk keselamatan para dokter dan perawat yang berjuang di gugus terdepan melawan angkara murka Corona. Sri Paus juga mengingatkan segenap umat manusia untuk segera menghentikan segenap kebencian demi saling mempersembahkan kasih sayang.

 

Sementara, banyak sahabatdan saudara kita yang mengurung diri di rumah, terlihat di beberapa gereja, di halamannya - umat gereja menyediakan nasi bungkus yang dapat diambil secara gratis oleh para warga yang membutuhkan secara disiplin dan tidak saling berdesakan demi mematuhi peraturan physical distancing. Sejak akhir Maret 2020, mayoritas gereja di persada Nusantara, menyelenggarakan kebaktian secara online via Youtube agar para jemaah dapat menunaikan ibadah di rumah masing-masing.

 

Menyaksikan segenap sikap dan perilaku umat manusia akibat prahara wabah Corona, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya Yang Maha Kasih berkenan menyadarkan tentang makna gereja yang sebenarnya. Gereja memang merupakan sebuah bangunan dan lembaga sebagai tempat berkumpul manusia yang sepaham dalam beragama. Namun di sisi lain, kita semua juga disadarkan atas fakta yang tersurat di dalam Alkitab bahwa sebenarnya Yesus Kristus tidak pernah mendirikan gereja dalam bentuk gedung.

 

Di masa kehadiranNya di dunia, Yesus Kristus menyampaikan khotbah-khotbah kepada masyarakat bukan di dalam namun di luar gedung. Yesus Kristus mengajarkan bahwa pada hakikatnya gereja adalah kasih-sayang yang hadir di dalam lubuk sanubari setiap insan manusia. Hikmah kekosongan ruang di dalam gedung gereja akibat umat manusia sedang dirundung kecemasan akibat prahara wabah Virus Corona sekadar dampak duniawi yang kasat mata. Namun di balik tirai dampak kasat mata itu sebenarnya hadir Hikmah Anugrah Yang Maha Kasih yang secara kasat-sanubari menyadarkan umat manusia bahwa kehadiran Yang Maha Kasih bukan hanya pada saat manusia menyelenggarakan ibadah di dalam sebuah bangunan dan lembaga yang disebut sebagai gereja. Yang Maha Kasih hadir saat manusia memberikan kasih-sayang kepada sesama manusia. Yang Maha Kasih hadir pada saat manusia berupaya meringankan beban derita sesama manusia dalam menghadapi angkara murka wabah Virus Corona. Yang Maha Kasih hadir di lubuk sanubari manusia yang mempersembahkan kasih sayang kepada sesama manusia.

 

"Kiranya Engkau sekarang berkenan memberkati keluarga hamba-Mu ini, supaya tetap ada di hadapan-Mu untuk selama-lamanya. Sebab apa yang Engkau berkati, ya TUHAN, diberkati untuk selama-lamanya." (1 Tawarikh 17:27)

 

Keluarga merupakan lembaga yang fenomenal dan universal. Di dalamnya terdapat anak-anak yang dipersiapkan untuk bertumbuh. Keluarga adalah lembaga masyarakat paling kecil tetapi paling penting.  Tetapi, kata keluarga terlalu banyak dipakai oleh berbagai orang dari berbagai kelompok sehingga menjadi hilang makna yang sesungguhnya. Sebuah film yang berjudul ?The Godfather?, Vito Corleone menggambarkan kelompok pembunuh berdarah dingin yang ia pimpin sebagai keluarga. Begitu juga dengan kelompok-kelompok yang lain, entah bertujuan baik atau buruk, menamakan para pengikut mereka sebagai keluarga. Bahkan dibanyak gereja kita sering mendengar atau menyanyikan nyanyian tentang persekutuan umat Allah sebagai ?keluarga Allah?. Lalu, apakah yang dimaksud dengan keluarga itu? Di tengah pandemi corona Covid - 19 banyak pemberitaan ditujukan untuk pemulihan keluarga, betulkah pemulihan keluarga terjadi ? Dan pada ujung akhirnya perlu dipertanyakan : masihkah kita perlu kebersamaan ?  Baik dalam sebuah komunitas maupun di keluarga kita sendiri ?

 

Dengan issue penyebaran Covid ? 19 bisa melalui udara, apakah ada jaminan kondisi udara di rumah kita masing-masing sudah dijamin aman ? apalagi dengan mayoritas penduduk negeri ini rumah berdampingan dengan jarak yang relative dekat dengan polusi udara yang juga tidak terukur dengan tepat, masih adakah rasa aman tinggal di irumah sendiri ? Tidak semua anggota keluarga kita memiliki kadar keberanian yang sama, sehingga hal ini pun membawa kembali kepada kita ke sebuah pertanyaan : masihkah kita perlu kebersamaan itu ?

 

Puji kepada Tuhan, GKNS Hosana terus diberikan hikmat Tuhan untuk harus melanjutkan kehidupan ini dengan perhitungan risiko yang tidak mudah ! berbuat jahat maupun baik itu pun berisiko, mencari kebenaran dan kehidupan untuk mencukupi kebutuhan dan keperluan sehari-hari berisiko, tinggal diam pun berisiko (tidak lakukan apa-apa termasuk akhirnya tidak bisa makan, perlahan-lahan pasti berisiko mati). Dilema yang tidak mudah dijawab ?

 

Jawaban yang pasti berserah kepada Tuhan dan dengan kepekaan yang terus dilatih mendengar dan mengerti perintahNya; dan hasilnya bagikan kepada sesama kita terlebih keluarga kita. Untuk kemuliaanNya. Amin.

 

Juli 2020