SAYA RASA VS SAYA PIKIR

SAYA RASA VS SAYA PIKIR

Ungkapan "sy rasa" sudah amat membudaya dalam percakapan manusia Indonesia daripada ungkapan" sy pikir ".

Unsur perasaan dalam hubungan antar manusia dinegeri ini amat kental sehingga budaya tegur/berbeda pendapat menjadi tabu karena nanti marah, tersinggung, pindah gereja, dll.

Unsur perasaan tercermin dalam kesukaan akan lagu2 cinta , sinetron cinta segitiga, cerita tahayul dll.

Semua membentuk ciri manusia yang irrasionil dan kurang dapat menggunakan akal sehat.

Jelas semua ini tercermin dalam jemaat gereja yang lebih suka : " datang, duduk, dengan " beribadah daripada bersikap kritis.

Ditambah sang Pendeta membawakan Firman yang hanya ingin mencapai kepuasan spiritual daripada kepuasan intektual jemaat.

Seharusnya mencerdaskan jemaat melalui pemberitaan Firman menjadi sangat penting dinegeri dimana unsur perasaan luar biasa membudaya.

Semoga bermanfaat.

Jopie Manduapessy