Pengharapan Di Masa Penantian
Kapan Pandemi ini berakhir. Akankah kondisi ini segera berlalu? Pertanyaan ini kemungkinan mewarnai pikiran banyak orang. Dampak pandemic dialami oleh semua lapisan masyarakat baik segi fisik (kesehatan), ekonomi, social dan mental. Harapan besar covid -19 segera berlalu dari muka bumi ini. Segala upaya dilakukan untuk mencegah penyebaran, menyembuhkan yang sakit. Vaksin digiatkan secara gratis di semua lapisan masyarakat. Dengan harapan, vaksin bisa menyelesaikan masalah pandemic covid -19.
Situasi penuh harap ini tampaknya juga dimiliki umat Israel di zaman Yesus Kristus. Mereka menantikan kedatangan Mesias (Pembebas) yang akan melepaskan mereka dari penjajahan Romawi. Pengharapan umat Israel akan Mesias bukan sekedar harapan kosong, tetapi didasari oleh janji Tuhan sendiri kepada nenek moyang mereka, bahwa Dia akan mengutus seorang Pembebas (Kejadian 3 : 15; 12 : 1 – 3; Mazmur 89 : 4 – 5; Yesaya 7 : 14; Mikha 5 : 1)
Bagaimana kita bersikap dalam menjalani masa pandemic ini? Masihkah ada pengharapan di dalamnya?
Firman Tuhan yang mengatakan, “Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik” (Ibrani 10 : 23 – 24)
Kita melihat nats ini mengundang kita sebagai anak Tuhan untuk mempraktekkan iman dalam dua cara, pertama, berharap penuh pada Tuhan, sebab Dia setia pada janjiNya. Kedua, mendorong kita agar tetap saling mengasihi dan berbuat baik di masa pandemi. Memang, berharap kepada Allah dalam masa – masa sulit tentu tak selalu mudah, karena kenyataan tak seindah apa yang kita bayangkan. Realitas meningkatnya tantangan ekonomi dan bertambahnya jumlah penderita virus corona tak dapat dipungkiri, dapat melemahkan pengharapan kita kepada Allah kapan saja.
Meskipun demikian, kenyataan yang kita hadapi tidak boleh membuat kita mengabaikan jaminan janji Tuhan, yaitu bahwa Dia tidak meninggalkan kita pada saat – saat sulit (Ibrani 13 : 5b), dan Tuhan sanggup membuat kebaikan datang dari segala keadaan yang kita alami (Roma 8 : 28). Dalam Alkitab kita telah melihat banyak krisis (Kejadian 12 : 10; 26 : 1; 40 : 30-31; 45 : 6) dan mengetahui Tuhan selalu memulihkan keadaan, sehingga kita boleh dikuatkan untuk percaya bahwa krisis ini pun akan dapat teratasi dengan cara Tuhan yang ajaib.
Kita percaya bahwa Tuhan bisa bekerja dalam banyak cara dalam kehidupan kita sehari-hari, termasuk dalam masa penantian solusi penanganan Covid-19 yang betul-betul handal untuk mengatasi pandemi ini. Namun, tantangan terbesar bagi kita mungkin adalah memikirkan tentang bagaimana kita “mendorong diri kita sendiri dan orang lain agar saling mengasihi serta berbuat baik”. Untuk melakukan hal itu, kita percaya bahwa membantu orang mengatasi rasa takut mereka adalah penting. Bagi kita, membantu orang mengatasi ketakutan mereka juga akan membantu kita mengingat dari mana Sumber Kekuatan kita berasal. Membantu orang lain mengatasi ketakutannya dengan melayani mereka akan membantu kita mengatasi ketakutan kita.
Di masa ini ada banyak hal yang bisa memicu ketakutan dan keraguan kita, terutama banyaknya orang yang meninggal dunia karena virus corona, termasuk ratusan tenaga medis. Namun, mari kita berdiri teguh di atas pengharapan kita akan janji Tuhan, sebab Tuhan yang menjanjikannya setia. Vaksin yang betul-betul handal untuk mengatasi pandemi mungkin belum ditemukan namun kita percaya bahwa waktu Tuhan adalah yang terbaik. Biarlah janji Tuhan ini terlebih dahulu menjadi vaksin bagi kerohanian kita yang tengah diuji oleh krisis akibat pandemi ini.