Mengenal Konsili (Bagian 1)

MENGENAL  KONSILI DAN SEJARAH PENGGUNAAN KATA TRINITAS

PENDAHULUAN:

Akhir-akhir ini kata ?konsili? menjadi cukup trending dan lebih dikenal dibanding sebelumnya. Kata ini tidak lepas dari perdebatan hangat  yang sedang menjadi kontroversi  tentang penggunaan istilah ?Trinitas? yang nota bene istilah itu secara tidak langsung diterima dan/atau diakomudir dalam sebuah konsili sekalipun secara tidak tersurat atau letterlijk (harafiah).


Sesunguhnya orang yang pertama kali menggunakan istilah ?Trinitas? adalah bapa gereja yang adalah seorang apologet yang bernama Tertuilianus. Terulianus lahir di kartago (Afrika Utara) tahun 160 M dan bertobat antara tahun 190-194 M.  Tertulianus dikenal juga sebagai  Bapa Teologia Latin karena dalam apologetikanya sering menggunakan istilah-istilah Latin/Romawi, misalnya: Religio, Sacramentum,Trinity).  Selain yang pertama menggunakan istilah Trinitas, Tertulianus jugalah yang pertama memakai kata ?Putra? sebagai ganti kata ?Logos.?


Penulis melalui tulisan artikel ini tidak hendak langsung masuk menjawab perdebatan di atas, tetapi lebih ingin mengajak pembaca untuk tahu latar belakang dan sejarah mengapa terjadi konsili itu (tinjauan historis) dan kemudian secara runtut tahu bagaimana istilah Trinitas itu digunakan oleh gereja.  Dengan demikian pembaca akan memiliki pemahaman yang jauh lebih luas dan komprehensif sehingga kemudian dengan bijak  (baca: tepat) dapat menjawab polemik di atas. 


Jadi pada bagian ini kita akan membahas apa konsili itu? Mengapa terjadi  konsili? Ada berapa konsili dan bagaimana hasilnya?  Untuk membahas secara lengkap maka akan kita bagi dalam beberapa bagian sehingga kita nanti akan dapat menangkap benang merahnya antara Trinitas dan konsili-konsili yang menghasilkan credo/pengakuan iman Kristen sebagaimana  seperti yang kita ketahui dan percayai sampai sekarang ini.


BAGIAN I

APA ITU KONSILI?

Secara sederhana pengertian konsili adalah konferensi atau  pertemuan  besar/ lengkap  yang dihadiri oleh para pemimpin gereja yang ada untuk membahasa  dan mengambil keputusan atas sebuah isu teologis yang sedang terjadi.

Contoh di dalam Alkitab, tepatnya dalam kitab Kisah para Rasul pasal 15, di situ disebutkan adanya Konsili/konferensi pertama dalam sejarah gereja yang diadakan di Yerusalem. Pertemuan besar pertama ini dihadiri oleh para Rasul, pemuka-pemuka orang percaya dan orang-orang Kristen jaman itu.  Isu yang dibahas adalah munculnya pendapat/paham bahwa jika seorang ingin diselamatkan khususnya orang kafir (sebutan untuk orang bukan Yahudi saat itu) maka dia harus disunat dan masuk agama Yahudi serta harus melakukan tuntutan hukum Taurat.  Golongan orang-orang ini tidak mengakui bahwa keselamatan adalah sebagai anugerah semata yang diterima dengan iman. 


Setelah diadakan konsili ini hasil pernyataan iman bersama adalah bahwa sunat dan melakukan hukum Taurat lainnya tidak menyelamatkan.  Tetapi hanya karena iman Kepada Kristus.  Hasil pernyataan iman ini sebagaimana juga Paulus tegaskan kepada jemaat di Galatia:

?Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorangpun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat.? (Gal 2:16)


KONSILI OIKUMINIS

Pada perjalanannya, gereja sering kali melakukan konsili. Dari sekian banyak  konsili yang pernah di gelar, Bapa-Bapa gereja hanya mengakui empat (4) konsili yang dinilai oikuminis! Yang dimaksud oikuminis di sini adalah yang berlaku secara  universal, sedunia dan memiliki otoritas serta keabsahan yang tinggi serta diakui oleh gereja-geraja yang ada pada masa itu.  Juga, Konsili ini dikatakan sebagai konsili oikuminis karena pada saat diadakan konsili itu dihadiri oleh semua Uskup dariseluruh dunia pada saat itu  (Uskup adalah sebutan untuk pemimpin agama Kristen yang ada pada gereja mula-mula).


Keempat konsili oikuminis yang dimaksudkan di atas adalah: Konsili Nicea (325 A.D.), Konsili Constantinopel atau Nicea-Constantinopel (381 A.D.), Konsili Efesus (431 A.D.), Konsili Chalcedon (451 AD).


MENGAPA ADA KONSILI?


Faktor Tantangan. Agama Kristen (Gereja) bukan lahir ketika dunia  tanpa kepercayaan.  Agama Kristen tidak tumbuh dari suatu kekosongan agama, di mana masyarakat yang tidak mempunyai pegangan menunggu-nunggu sesuatu untuk mereka yakini. sebaliknya, kepercayaan yang baru di dalam agama Kristen ini harus berjuang melawan berbagai kepercayaan agama yang telah berurat-berakar di dalam masyarakat selama berabad-abad.


Perjuangan pertama yang harus dihadapi agama Kristen adalah melawan filsafat Yunani. Ini bisa dimengerti, karena agama Kristen lahir di dalam lingkungan budaya Yunani (Hellenisme). Iman Kristen harus menghadapi ajaran para filsuf yang ajarannya telah berakar di tengah-tengah masyarakat. Ada beberapa aliran utama dalam filsafat Yunani, yaitu : Platonisme, yang diprakarsai oleh Plato (meninggal tahun 347 S.H), Aristotelianisme oleh Aristoteles (meninggal tahun 322 S.H).  Stoa, yang dicetuskan oleh Zeno (meninggal tahun 263 S.H). Epikuriesne oleh Epikur (341-270 S.M.)


Perjuangan kedua adalah dari bidat-bidat  dan sekte-sekte yang muncul saat itu. Para petobat baru pada gereja mula-mula berasal dari orang-orang yang berlatar belakang filsafat Yunani, agama-agama kafir (oriental religious), dan dari paham-paham yang lain. Tidak sedikit pengajaran lama ini mereka bawa ke dalam gereja, sehingga timbul masalah-masalah baru. Orang-orang ini sering mengkombinasikan atau mencampur adukkannya dengan doktrin Kristen, sehingga timbul sinkritisme atau munculnya pandangan-pandangan baru yang sesungguhnya menyesatkan.


Mereka tidak puas dengan pengajaran gereja. Inilah yang menjadi pangkal munculnya bidat dalam gereja. Dan bidat-bidat ini pada perkembangannya justru menjadi tantangan yang terberat bagi gereja. Disebut sebagai tantangan yang terberat karena mereka adalah orang orang yang ada "di dalam gereja" sendiri dan tidak jarang mereka mendasarkan pengajarannya juga dengan Firman Tuhan.  Tujuan mereka adalah ingin menyempurnakan ajaran Injil dengan ajaran mereka. Mereka berpendapat, bahwa gereja telah meninggalkan pokok-pokok terpenting dari gereja iman Kristen. Oleh karena itu mereka ingin membangun kepercayaan baru yang terpisah dari gereja.


Tindakan sekelompok orang ini yang ingin memisahkan diri dari kelompok yang sudah ada (main stream)berdasarkan pemahaman/keyakinan/kepercayaan  baru yang mereka miliki yang berbeda dari yang lama (yang benar), inilah yang disebut sebagai sekte. 


Bidat atau sekste ini bukan saja mengakibatkan kesesatan tetapi juga perpecahan di dalam gereja.  (pada Tuisan berikut akan dibahas tentang Bidat-bidat ini)

Oleh karena itu bidat dan sekste-sekte yang ajarannya menyimpang harus dibendung.  Gereja harus membersihkan diri dari pengaruhnya, iman Kristen harus dimurnikan.  Gereja harus memiliki pemahaman atau pernyataan iman yang sama sehingga tidak terpecah-pecah, setiap orang Kristen harus memiliki pengakuan iman (credo) yang sama.   Cara untuk mewujudkan itu adalah dengan melakukan konsili!


Faktor dukungan.  Sebagai catatan, gereja dapat mengadakan konsili berkali-kali secara baik dengan hasil konvensi imannya yang baik juga tidak lepas peran dari negara pada saat itu.  Yang dimaksud adalah sebelum adanya dikrit Konstantin tahun 313 gereja sangat teraniaya. Gereja tidak bisa melakukan banyak hal untuk membela imannya.  Namun setelah gereja diakui oleh Negara sebagai agama Negara melalui dekrit Konstantin tahun 313 atau yang dikenal juga Edict Milano (Maklumat Milan) tersebut, dimana gereja berubah menjadi ?anak emas? yang mendapat dukungan dan perhatian yang luar biasa dari pemerintah, maka kesempatan itu digunakan oleh para teolog, tokoh-tokoh Kristen dan para bapa-Bapa gereja untuk berkonsulidasi dan menyelesaikan masalah-masalah teologi (terutama isu Trinitas dan Kristologi)