"KASIH TIDAK MEMANDANG KASTA"
Kesenjangan ekonomi dan sosial diantara “orang kaya dengan orang miskin” dalam perumpamaan yang disampaikan Kristus kepada murid2 Nya di tengah para Ahli Taurat dan Orang Farisi menjadi sebuah cerita menarik yang disampaikan para Guru Sekolah Minggu bagi anak anak kecil yang pernah mengalaminya.
Ada bentangan jurang yang tak terseberangi dan tak terjembatani. Perumpamaan ini memiliki pemahaman arti ‘rohani yang dalam’. Proses waktu, usia dan pembentukan di tengah pertumbuhan iman akan makin mencelikkan mata rohani.
Kristus mengasihi orang kaya atau miskin, kelompok intelektual atau sederhana, besar atau kecil. Wujud kesetaraan derajat bagi semua mahluk mulia yang diciptakanNya. KASIH tak pernah mengenal kasta, Yang Kuat hendaknya memikul yang lemah.Harmonisasi gereja sebagai tatanan keluarga ALLAH perlu diciptakan dan dipelihara mulai dari pimpinan-pimpinan rohani agar meresap ke dalam kehidupan jemaat yang dilayani.
Sebagai seorang Pendeta, tak terpungkiri jika melayani mimbar di sebuah Pelayanan kota besar, dengan kelengkapan sarana memadai, tempat yang representative, jumlah jemaat banyak bahkan menerima sambutan serta jamuan baik dari Pendeta dan Majelis setempat merupakan “Kesukaan tersendiri bagi sang pengkotbah”.
Sekali waktu saat kami melayani di sebuah gereja, sebutkan dengan jumlah jemaat ribuan. Gedung Ibadah luas memadai untuk menampung 600 jemaat per satu kali kebaktian di wilayah Jawa Tengah. Gereja setempat di bawah penggembalaan rekan seorang Pendeta berperawakan kecil dan sederhana. Dari ucap dan gaya hidupnya tak tersirat bahwa saat itu beliau memiliki sebuah gedung lain dengan kapasitas lebih besar dan juga memilki sebuah Sekolah Theologia yang terletak beberapa Km dari area kota.
Ada “sesuatu yang membebani batin kami, team dari Kota Bandung” selain memenuhi undangan pelayanan mimbar. Teringat kisah kesaksian tentang seorang janda miskin dalam sebuah majalah rohani. Ia tinggal di pinggiran kota tersebut, seorang istri almarhum Pendeta dan tinggal bersama seorang anak yang masih duduk di bangku SD.
Diluar jam pelayanan Kotbah KKR yang diselenggarakan 3 hari berturut-turut, maka kami atas seijin Gembala setempat berangkat serta berupaya mencari rumah tinggal janda miskin tersebut.
Setelah melewati berbelok belok, gang kecil, maka tampak sebuah rumah dari bilik dengan pintu yang terbuka. Kamipun coba mengetuk dan menyapa namun tak mendapatkan sahutan dari pemilik rumah. Akhirnya, kami putuskan masuk ke dalam rumah tersebut, hanya terlihat sebuah kursi sofa robek dalam ruangan tersebut. Jujur perasaan kami semua tergugah ingin lebih banyak mengetahui kehidupannya. Sementara saya pribadi berjalan ke dalam….sebuah dapur ala kadarnya. Tak terlihat masakan, bumbu dapur selain sebuah tempat menanak nasi dengan beberapa butir nasi kering. Tanpa sadar, airmata mengalir dan spontan berkata kepada TUHAN: “Kiranya, Tuhan melakukan banyak keajaiban terhadap ibu yang adalah isteri dari almarhum seorang PELAYAN TUHAN”. Sambil menahan air mata, saya mencoba melangkah menemui team dengan meninggalkan “sesuatu” di bawah tempat nasi tersebut.
Tak lama kemudian, seorang tetangga mendatangi kami. Singkat cerita kami mendengar bahwa janda tersebut menjadi orang upahan menjahit untuk membiayai anaknya. Sepulang dari tempat tersebut, kami kembali ke Gedung gereja, lalu atas bantuan Gembala setempat maka team kami berinisiatif untuk membelikan sebuah mesin jahit listrik.
LUKAS 16 :19-20: "Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya it…”
HIKMAT dan PEMBELAJARAN ROHANI untuk pembekalan dalam pelayanan diantaranya:
1. Kasih Kristus tidak mengenal KASTA. Gereja TUHAN melalui para pimpinan rohani/Gembala, Pengurus perlu memelihara harmonisasi di tengah himpunan kelompok jemaat yang dilayani. Dalam keseteraan derajat dihadapan KRISTUS sebab yang membedakan hanyalah tugas , fungsi dan tanggung jawab dalam sebuah tata layanan.
2. Orang KAYA (=anak ABRAHAM) adalah juga sebuah gambaran keturunan YAHUDI yang mendapat hak istimewa dihadapan TUHAN. Teguran bagi Sebagian besar Kelompok para ahli KITAB, Farisi, keturunan bangsa YAHUDI.
Jika kepada kita dipercayakan untuk melayani, tetap tanamkan selalu kerendahan hati. Mengambil bagian tugas rohani adalah merupakan kasih karunia yang dianugerahkan bukan untuk kebanggaan maupun kehormatan diri. Kepiawaian teologia, Ilmu keagamaan, kecerdasan, kedudukan, kekuasaan dan harta benda yang dimiliki perlu di manage dengan baik. Hindarkan diri dari racun ‘spirit orang kaya’ ditengah pelayanan pekerjaan TUHAN. Sebab, Tanpa KASIH Nol besar. Seperti gemerincing dan gong yang hanya membisingkan telinga.
3. LAZARUS, seorang miskin. Bahkan terkadang “makan” dari remah remah. Postur yang tidak menarik dipemandangan umum. Dia bukan keturunan lahiriah dari bangsa YAHUDI asli.
Keselamatan di dalam Kristus sampai kepada bangsa bangsa lain, termasuk kita yang ada di Indonesia. Hargai ANUGERAH KESELAMATAN dari KRISTUS sebagai Lazarus Lazarus jaman kini. Ijinkan TUHAN yang menjadi lebih besar dalam seluruh kehidupan kita. Kesederhanaan akan menjauhkan keangkuhan yang menjadi kebencian dihadapan TUHAN.” LAZARUS” akan terpelihara dan dilindungi TUHAN setiap saat sampai masuk dalam masa perhentian dan kehidupan kekal.
Selamat melayani pekerjaan TUHAN,nikmatilah pengisian bejana tanah liat dengan tabiat keilahian Kristus,Tuhan memberkati.
Salam kasih,
Lukman Pandji, pelayan TUHAN.